Minggu, 25 Maret 2012

suara hati

tak apa jika langitku kelabu sore ini,,,
jika gerimisku jatuh saat ini,,,
jika malamku penuh dengan badai,,,

aku baik baik saja,,,
ku hanya ingin sendiri,,,
hanya ingin habiskan rasa ini,,,
hanya ingin lukiskan senyummu dalam sepi,,,

tak apa jika ku menangis saat ini,,,
jika rindukanmu amat dalam dan perih,,
jika harapkanmu ada dan nanti,,,

aku akan baik baik saja,,,
ku hanya ingin kau mengerti,,,
ini yang kurasa dan takkan ku ingkari..

ku hanya ingin sendiri,,,
diam, mengunci bibirku dan sendiri....

ini paradeku, ini lintasanku, dan tentangmu yang takkan pernah ku mengerti...
ini ruangku, ini persimpanganku, dan semua tetap tentangmu, tak henti....
ini hatiku, kepinganku, tiadamu, sunyi....

tak apa jika aku menangis saat ini,,
untukmu yang ku sayangi,,,
untuk sebuah rotasi...
untuk kita, kau, aku dan kini,,,,
untuk sebuah alasan yang tak pernah kupahami...

dan aku akan baik baik saja,,,
kurindu padamu, hanya itu,,,
ku sayang pada mu, tidak karena kau,,,
ini aku, ini rasaku,,,
ini cintaku, jika tidak kau, tidak pula aku....

jadi biarkan ku sendiri malam ini,,,
tak apa jika ku menangis, karena ku masih punya hati,,
tuk merasa, tuk meminta, tuk memberi,,
tuk berharap, tuk mencinta, dirimu....

itu saja,
dan cukup untukku.....


♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
i'm not special,,,,
but i'm limited edition....
#alap alap ingintaubat
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
 

Minggu, 26 Februari 2012

Perbedaan Antara Karomah dan Istidroj


Banyak orang di jaman sekarang ini yang bangga apabila bisa melakukan sesuatu di luar kemampuannya, mereka menganggap bahwa Alloh SWT telah mengaruniakan sesuatu yang sungguh luar biasa pada dirinya. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas Perbedaan antara Karomah dan Istidroj.
Perlu diketahui bahwa siapa saja yang menginginkan sesuatu dan keinginannya itu dikabulkan oleh Alloh, maka itu belum tentu menunjukkan bahwa ia seorang hamba yang mulia di sisi Alloh, baik pemberian Alloh tersebut sesuai atau berbeda dengan kebiasaan. Akan tetapi pemberian Alloh tersebut bisa berarti penghormatan Alloh untuk hamba-Nya (karomah) atau tipuan untuknya (istidroj).


Dalam Al-Quran, istilah istidroj diungkapkan dengan beberapa istilah:


1. Al-istidroj, seperti dinyatakan dalam firman Alloh:


Kami (Alloh) akan memperdaya mereka secara berangsur-angsur dengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS Al-A’rof [7]: 182)
Makna al-istidroj dalam ayat ini adalah Alloh mengabulkan semua keinginannya di dunia agar pembangkangan, kesesatan, kebodohan, dan kedurhakaan mereka semakin bertambah, hingga setiap hari semakin jauh dari Alloh. Pada prakteknya, menurut logika, mengulang-ulang perbuatan akan menyebabkan pelaku semakin kuat menguasai perbuatan yang diulang-ulangnya. Bila hati seorang hamba condong kepada dunia, kemudian Alloh mengabulkan keinginannya, maka ketika itulah ia mencapai apa yang diinginkannya, sehingga akan diperoleh kenikmatan, dan adanya kenikmatan akan semakin menambah kecondongan kepada dunia, lalu kecondongan kepada dunia mengharuskannya untuk semakin keras berusaha untuk mencapai keduniaan.
Selamanya, setiap tahapan akan mendorong kepada tahapan selanjutnya, dan setiap tahapan akan semakin menguat secara gradual.
Sudah dimaklumi bahwa kesibukan orang terhadap kenikmatan yang menyenangkan ini akan menghalangi diri dari maqom-maqom mukasyafah (tingkat ketersingkapan cahaya) dan derajat ma’rifat, dan sudah tentu akan semakin menjauhkan diri dari Alloh, setahap demi setahap hingga mencapai puncak kecondongannya kepada dunia.
Inilah yang dinamakan istidroj.


2. Al-makr, seperti dinyatakan dalam firman Alloh:

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Alloh yang tidak terduga-duga? Tiada yang merasa aman dari azab Alloh kecuali orang-orang yang merugi. (QS Al-A’rof [71: 99)
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Alloh membalas tipu daya mereka. Dan Alloh sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS Ali'Imron [31:54)
Mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar pula, sedang mereka tidak menyadari.


3. Al-kaid (tipu daya), seperti dinyatakan dalam firman Alloh,
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Allah akan membalas tipuan mereka. (QS Al-Nisa' [4]: 142)


4. Al-imla (memberi tangguh), sebagaimana dinyatakan dalam firman Alloh:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu menyangka bahwa masa penangguhan yang Kami berikan kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya dosa mereka bertambah. (QS Ali ‘Imron [3]: 178)


5. Al-ihlak (siksaan), sebagaimana dinyatakan dalam firman Alloh:
Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong. (QS Al-An’am [6]: 44)
Dan dalam firman Alloh tentang Fir’aun,
Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukum Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami tenggelamkan mereka ke dalam lautan (QS Al-Qashash [28]: 39-40).

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa tercapainya keinginan seorang hamba tidak menunjukkan kesempurnaan derajat dan keberuntungan mendapat kebaikan.


Perbedaan antara karomah dan istidroj adalah bahwa pemilik karomah tidak begitu senang dengan karomah yang dimilikinya, bahkan karomah itu membuatnya semakin takut kepada Alloh, kewaspadaannya terhadap siksa Alloh semakin kuat, karena ia takut kalau-kalau hal tersebut merupakan istidroj. Sedangkan pemilik istidroj sangat senang dengan hal-hal luar biasa yang ada pada dirinya dan mengira bahwa karomah itu ada pada dirinya karena ia berhak memilikinya. Karena itu ia memandang rendah orang lain, membanggakan diri sendiri, dan merasa aman dari tipu daya dan siksaan Alloh, dan tidak takut kepada siksa Alloh.
Jika sikap seperti ini muncul pada diri seorang pemilik karomah, berarti yang dimilikinya bukanlah karomah tetapi istidroj.


Orang-orang yang berpegang pada kebenaran (Al-Muhaqqiqun) mengatakan bahwa ada kesepakatan bahwa keterputusan dari hadirat Alloh sebagian besar terjadi dalam kondisi memiliki karomah. Tidak diragukan lagi, golongan Al-Muhaqqiqun takut kepada karomah, seperti rasa takut mereka kepada berbagai macam cobaan.
Rasa senang kepada karomah dapat memutuskan jalan kepada Alloh.
Hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa hujjah:

 Hujjah pertama:
Ketertipuan ini terjadi, ketika seseorang yakin bahwa dirinya berhak memperoleh karomah dan sekiranya ia bukanlah orang yang berhak mendapatkannya maka tidak akan muncul rasa bangga itu bahkan rasa bangganya itu muncul hanya karena karomah wali. Keutamaan karomahnya lebih besar daripada kebahagiaan karena karomah itu sendiri. Kebahagiaan dengan adanya karomah itu melebihi kebahagiaan pada dirinya sendiri. Jelas bahwa kebahagiaan karena adanya karomah tidak akan muncul kecuali dengan adanya keyakinan bahwa dirinyalah pemilik karomah itu dan yang berhak mendapatkannya. Ini adalah kebodohan yang nyata karena para malaikat saja berkata, Tidak ada yang kami ketahui kecuali dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami (QS Al-Baqoroh [2]: 32).
Dan Alloh berfirman, Dan mereka tidak menghormati Alloh dengan penghormatan yang semestinya (QS Al-An’am [6]: 91).
Ada dalil meyakinkan yang menyatakan bahwa makhluk tidak berhak mendakwakan kebenaran, maka bagaimana mungkin ada orang mengaku berhak mempunyai karomah.

Hujjah kedua:
Karomah adalah sesuatu yang senantiasa tergantung pada Alloh Swt. Rasa senang karena memiliki karomah adalah senang kepada sesuatu yang bukan haknya. Rasa senang kepada sesuatu yangbukan haknya merupakan penghalang kebenaran, dan orang yang terhalang dari kebenaran bagaimana mungkin layak untuk senang dan bergembira?

Hujjah ketiga:
Orang yang yakin bahwa dirinya berhak memiliki karomah karena merasa amal perbuatannya memiliki pengaruh besar dalam dirinya dan merasa bahwa perbuatannya bernilai atau berpengaruh pada dirinya adalah orang yang bodoh.
Kalau saja ia mengenal Tuhan, ia pasti menyadari semua ketaatan makhluk di sisi Alloh itu hanya sedikit, semua rasa syukur mereka atas anugerah dan nikmat-Nya itu juga sangat sedikit, dan semua pengetahuan dan ilmu mereka dibandingkan dengan keagungan Alloh hanyalah kebingungan dan kebodohan saja.
Ketika Ustadz Abu ‘Ali al-Daqaq ra mengkaji firman Alloh yang berbunyi Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (QS Fathir [35]:10), di majelisnya ia berkata, “Pertanda bahwa amalmu dinaikkan oleh Alloh adalah jika kamu tidak mengingat-ingatnya. Jika kamu mengingat-ingat amalmu, berarti amalmu ditolak, sebaliknya bila kamu tidak mengingat-ingatnya, berarti amalmu diterima dan dinaikkan oleh Alloh Swt.”

Hujjah keempat:
Pemilik karomah merasa bahwa karomah yang dimilikinya justru untuk memperlihatkan kerendahan hati dan ketundukan di hadapan Alloh.
Jika ia merasa bangga, tinggi hati, dan sombong disebabkan karomah yang dimilikinya, maka batal lah segala sesuatu yang menyebabkannya menerima karomah.
Sikap seperti inilah yang membuat pemilik karomah tertolak.
Oleh karena itu, setiap kali Rosululloh Saw. menceritakan tentang manaqib (keistimewaan) dan keutamaan dirinya, beliau selalu mengakhirinya dengan kalimat, “Tiada kebanggaan,” maksudnya “Aku tidak bangga dengan karomah (mukjizat) yang kumiliki ini, yang aku banggakan adalah Zat yang memberi karomah (mukjizat).”

Hujjah kelima:
Kemunculan hal-hal luar biasa pada iblis dan bal’am begitu menakjubkan, tetapi kemudian Alloh berfirman kepada iblis, Ia termasuk golongan kafir, kepada bal’am, Ia seperti anjing, dan kepada ulama Bani Israil, Perumpamaan orang-orang yang memegang Taurot, tetapi tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal (QS Al-Jumu’ah [62]: 5),
juga firman-Nya kepada Bani Israil, Orang-orang yang telah diberi Al-Kitab tidak berselisih, kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, di antara mereka kemudian ada yang membangkang (QS Ali ‘Imran [3]: 19).
Jadi jelaslah bahwa kegelapan dan kesesatan yang menimpa mereka disebabkan karena rasa bangga dengan ilmu dan kezuhudan yang diberikan kepada mereka.

Hujjah keenam:
Karomah bukanlah kemuliaan, dan segala sesuatu yang tidak mulia adalah kehinaan.
Barangsiapa memuliakan kehinaan berarti ia hina, karena itu Nabi Ibrahim a.s. berkata, “Adapun bagi-Mu, itu tidak berarti apa-apa.” Merasa cukup dengan kefaqiran adalah faqir, takwa dengan kelemahan adalah lemah, merasa sempurna dengan kekurangan adalah kurang, bahagia dengan semua hal yang diperkenankan dan menerima seluruh kebenaran adalah sikap ikhlas. Faqir adalah ketika seseorang senang dengan kemuliaan yang menjatuhkan derajatnya. Jika seseorang melihat karomah, sesungguhnya setiap ia melihat keperkasaan niscaya ia melihat sang pemberi keperkasaan, dan setiap ia melihat ciptaan niscaya ia melihat penciptanya.

Hujjah ketujuh:
Bangga terhadap diri dan sifat-sifatnya termasuk sifat-sifat iblis dan Fir’aun. Iblis berkata, Aku lebih baik daripada Adam (QS Al-A’rof [7]: 12)
dan Fir’aun berkata, Bukankah kerajaan Mesir ini adalah kepunyaanku (QS Al-Zukhruf [43]: 51).
Setiap orang yang mengaku nabi atau tuhan secara dusta, maka ia tidak memiliki tujuan apa-apa, kecuali untuk menghias diri, memperkuat ketamakan dan kebanggaan diri.
Oleh karena itu, Rosululloh Saw. bersabda, “Ada tiga hal yang merusak, yang terakhir adalah orang yang membanggakan diri.”

Hujjah kedelapan:
Alloh berfirman, Berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur (QS Al-A’rof [7]: 144).
Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini (ajal) (QS Al-Hijr [15]: 99).
Ketika Alloh menganugerahkan karunia yang melimpah kepada kita, kita diperintah untuk menyibukkan diri dengan melayani Sang Pemberi, bukan malah bangga dengan karunia yang diberikan-Nya itu.


Hujjah kesembilan:
Ketika Nabi Saw. disuruh oleh Alloh untuk memilih antara menjadi raja yang nabi atau hamba yang nabi, beliau tidak memilih posisi raja, padahal tidak diragukan bahwa posisi raja yang meliputi daerah Timur dan Barat adalah kemuliaan, bahkan mukjizat.
Namun Nabi Saw. meninggalkan singgasana dan memilih penghambaan (‘ubudiyah) kepada Alloh.
Sebab ketika menjadi seorang hamba, kebanggaannya diarahkan kepada tuannya. Tetapi ketika menjadi raja, kebanggaannya diarahkan kepada budaknya.
Ketika Nabi Saw. memilih penghambaan, sudah tentu dia menjadikan sunnah sebagai peng-hormatan seperti yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud, “Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammmad Saw. adalah hamba dan utusan-Nya.”
Alloh berfirman tentang mi’roj Nabi Saw., Maha suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam. (QS Al-Isro’ [17]: 1)


Hujjah kesepuluh:
Mencintai tuan itu tidak ada artinya, mencintai sesuatu demi tuan juga tidak ada artinya. Barangsiapa mencintai, maka ia tidak akan senang dan gembira selain dengan kekasihnya. Kesenangan dan kegembiraan dengan selain Alloh menunjukkan bahwa ia tidak mencintai tuannya, tetapi ia hanya mencintai bagian dari nafsunya sendiri dan bagian dari nafsu hanya dituntut oleh nafsu.
Orang seperti ini hanya mencintai dirinya sendiri. Sebenarnya ia tidak mencintai tuannya, ia hanya menjadikan tuannya sebagai sarana untuk memperoleh apa yang dicarinya.
Berhala besar adalah nafsu, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya, Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya (QS Al-Furqon [25]: 43).
Manusia seperti ini adalah hamba berhala agung hingga para muhaqqiqin mengemukakan bahwa mudhorot karena menyembah berhala tidak sebesar mudhorot karena menyembah nafsu, rasa takut karena menyembah berhala tidak sebesar rasa takut karena merasa bangga dengan adanya karomah.

Hujjah kesebelas:
Alloh berfirman, Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan keperluannya (QS Al-Tholaq [65]: 2-3).
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa dan bertawakkal kepada Alloh, maka tidak akan memperoleh apa-apa dari perbuatan dan keadaan mereka itu.
wallohu a'lam

Kamis, 12 Januari 2012

MENDAGRI PENDUSTA


Jakarta - Kamis, (12/01/2012). ribuan umat Islam mendatangi Kantor Kemendagri sambil meneriakkan : TURUNKAN MENTERI MIRAS !  TUMBANGKAN REZIM MA'SIAT ! Sesaat kemudian ribuan telor busuk menghujani Kantor Kemendagri.
Klarifikasi Mendagri yang menyatakan bahwa dia tidak pernah mencabut Perda Anti Miras serta statemen yang menyatakan bahwa ada pihak-pihak yang memfitnahnya mengadu domba antara Kemendagri dengan pihak-pihak tertentu, DIBANTAH KERAS oleh Ketua Umum FPI.
Ketum FPI, Habib Muhammad Rizieq Syihab, dengan tegas mengatakan : "Mendagri PENDUSTA !  Sudah salah, bukan taubat, malah ngaku difitnah ! Lalu buat berbagai alasan seolah diri bersih. Dasar Menteri Miras ! Jangan kau bodohi rakyat ! Para Ninik Mamak Sumatera Barat sudah murka kepada anda sebagai putra daerah yang Adat bersandi Syara' dan Syara' bersandi Kitabullah, kok malah ingin mengguyur Indonesia dengan Miras !", tegas Habib, Kamis, (12/01/2012).
Berikut penjelasan Ketum FPI berkaitan dengan KEBOHONGAN Mendagri :
Dalam Surat Resmi Kemendagri No.188.34 / 4561 / SJ untuk Bupati Indramayu - Jawa Barat, tertanggal 16 November 2011 dengan perihal "Klarifikasi Peraturan Daerah" dan bersifat "Segera" yang ditanda tangani langsung oleh Mendagri Gamawan Fauzi yang berisikan antara lain :
  • 1. Bahwa Perda Kabupaten Indramayu No.7 Th.2005 tentang Pelarangan Minuman Beralkohol BERTENTANGAN dengan peraturan yang lebih tinggi dan kepentingan umum.
  • 2. Bahwa Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol merupakan KEWENANGAN PUSAT.
  • 3. Bahwa Minuman Beralkohol golongan A (kadar alkoholnya 1-5 %) merupakan barang yang BEBAS dalam produksi, pengedaran dan penjualan, sehingga tidak boleh diawasi apalagi dilarang.
  • 4. Bahwa Bupati Indramayu diminta agar MENGHENTIKAN pelaksanaan Perda Larangan Miras.
  • 5. Bahwa Bupati Indramayu diminta segera mengusulkan PENCABUTAN Perda Larangan Miras  kepada DPRD.
  • 6. Bahwa Pelaksanaan PENGHENTIAN dan PROSES PENCABUTAN agar dilaporkan kepada Mendagri selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterimanya surat Mendagri.
Dengan memperhatikan isi surat Mendagri tersebut tampak jelas bahwa INTI surat tersebut adalah PENCABUTAN, hanya saja dibuat redaksinya dengan cara LICIK agar terhindar dari tuntutan hukum.
Jadi, surat tersebut bukan evaluasi, saran atau usulan, sebagaimana dikatakan Mendagri, tapi merupakan INSTRUKSI dari MENDAGRI kepada BUPATI untuk PENCABUTAN PERDA ANTI MIRAS.

Selasa, 10 Januari 2012

DARAH JUANG


DARAH JUANG


Disini negri kami tempat padi terhampar 
Samudranya kaya raya, tanah kami subur Tuhan 
Dinegri permai ini berjuta rakyat bersimbah luka 
Anak buruh tak sekolah, pemuda desa tak kerja 
Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar 
Bunda relakan darah juang kami 
Tuk membebaskan rakyat 
Padamu kami berjanji
 

MENCINTAI WALI DAN KAUM SHOLEH


Jika kau menginginkan kerajaan dunia dan akhiroh, maka jadikanlah kepasrahanmu hanya kepada Alloh SWT, niscaya engkau akan menjadi pemimpin bagi dirimu sendiri dan orang lain.

Generasi dahulu mengelilingi timur dan barat bumi, mencari para wali Alloh dan kaum sholeh yang merupakan dokter dokter hati dan agama.
Jika mereka menemukan satu dari para wali Alloh dan kaum sholeh, maka mereka akan langsung meminta obat darinya untuk kesehatan agama mereka.
Akan tetapi sekarang, orang orang yang paling kalian benci adalah para fuqoro’, ‘ulama, serta kaum sholeh yang merupakan sosok sosok pengajar dan pendidik, maka tentu saja kalian tidak akan pernah mendapatkan obat.
Lalu apa manfaat ilmu dan kedokteran mereka bagi kalian, jika pondasi yang mereka bangun setiap hari untuk kalian, malah kalian robohkan.
Mereka memberi kalian resep obat, namun kalian tidak pernah menggunakannya.

Sudah sering mereka katakan kepada kalian, akan tetapi kalian tetap keras kepala, tunggu saat nya struktur agama dan keimanan kalian akan hancur.

Mereka hanya menasehati kalian. Mereka tidak takut sedikitpun pada pedang kalian, dan mereka juga tidak menginginkan sedikitpun emas dan kekayaan kalian.
Sebab barangsiapa yang bersama Alloh SWT, maka tidak akan pernah gentar pada siapapun, baik jin, manusia, serangga bumi, binatang buas dan kutu kutunya. Maupun makhluq apapun.

Jangan sekali kali kalian cerca para syekh pengamal ilmu. Kalian adalah orang orang tolol yang tidak mengetahui Alloh, para Rosul Nya, dan hamba hamba sholeh Nya yang menuruti dan ridho pada segala perbuatanNya.

Mereka menanti nanti perjumpaan dengan Alloh SWT. Mereka menginginkan hal itu sepanjang waktu. Mereka tidak gentar akan maut, karena maut hanya sebab sarana bertemu dengan kekasih mereka.
Berpisalah sebelum kalian dipisah. Tinggalkan sebelum kalian ditinggalkan. Jauhi sebelum kalian dijauhi.
Bertaubatlah dan didiklah diri kalian dengan berkhidmat menemani orang yg lebih ‘alim dari kalian. Cintailah mereka dan jangan memusuhi mereka secara zhohir maupun batin.

Wallohu a’lam

Membebaskan Hati Dari Cinta Dunia


Seorang murid bertanya kepada Tuan Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA,
“Saya ingin membuang jauh-jauh penyakit hubb al dunya (cinta berlebih kepada dunia) dari hati saya. Tetapi bagaimana caranya?”

Syaikh ‘Abdul Qodir Al Jilani RA menjawab,
“ Lihatlah bagaimana menjungkirbalikkan para budak dan pencinta dunia. Lihatlah bagaimana dunia memperdaya mereka, melalaikan mereka dari Alloh SWT, membuat mereka menderita kala tidak memperolehnya. Kemudian dunia mengangkat mereka dari satu derajat ke derajat lainnya, sehingga ia memperoleh kedudukan nya melebihi kedudukan manusia lainnya, dan menjadikan ia memperbudak manusia lainnya.
Dunia makin mempertontonkan keelokan dan pesona dirinya.
Nah, ketika mereka merasa senang dengan kedudukan tinggi mereka, merasa gembira karena dapat menikmati kesenangan hidup dan pelayanan dunia kepada mereka, tiba tiba dunia mengekang dan mengendalikan mereka, memperdaya mereka.
Dunia banting mereka dari ketinggian, sehingga mereka dipatahkan, dicabik-cabik, dan dibinasakan. Sementara dunia berdiri menertawakan mereka , dan iblis pun ikut tertawa bersama dunia disampingnya.”
“ Itulah yang dilakukan dunia terhadap sultan, raja, pecinta Dunia dan orang kaya sejak Nabi Adam AS sampai akhir nanti. Dengan cara demikian, dunia mengangkat lalu membanting, memajukan lalu memundurkan, membuat seseorang kaya lalu melemparnya kejurang kemiskinan, menyeret orang kepadanya lalu menyembelihnya.
Sangat jarang orang selamat dari tipu daya dunia. Sedikit sekali orang yang mampu menaklukkan dunia sementara dunia tak dapat mengalahkannya. Sedikit pula orang yang diberi pertolongan menghadapi bujuk rayu dunia dan diselamatkan dari kejahatannya.
Yang dapat selamat dari kejahatan dunia hanya orang yang mengenalnya dan amat berhati-hati menghadapinya, terutama tipu daya nya.”
“ Bila engkau, menjadi penanya, lalu memandang cacat dunia dengan mata hatimu, insya Alloh engkau dapat membuang jauh jauh hubb al dunya dari hatimu. Bila engkau melihat aib dan cacat dunia dengan mata kepalamu, engkau malah disibukkan oleh perhiasan dunia sehingga engkau tak dapat melihat aibnya dan tak mengeluarkan hubb al dunya dari hatimu. Dunia akan membunuhmu sebaimana dunia telah membunuh orang-orang selainmu.”
“ berjuanglah untuk menenangkan hatimu (dan minta lah pertolongan Alloh SWT), sebab kalau jiwamu tenang maka engkau akan melihat aib dan cacatnya dunia.
Ketenangan jiwa hanya dapat dicapai dengan kebeningan hati dan sirr. Jiwa akan tunduk dan patuh pada perintah hati yang bening dan sirr yang bersih. Dan ia takkan melanggar larangan keduanya. Jiwa akan merasa Qona’ah (cukup puas) dengan pemberian hati dan sirr yang jernih, dan bersabar bila keduanya tidak memberi apa pun. Bila jiwa sudah tenang, maka ia akan tentram dengan hati dan engkau akan melihat mahkota taqwa akan bertengger pada hati dan pakaian ‘dekat dengan ALLOH SWT’ dikenakan kepadanya.”